PK1 MENYERAHKAN SECARA SIMBOLIS BANTUAN GEMPA
WAKTU PENYERAHAN BANTUAN BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN LOMBOK UTARA
DI DEPAN POSKO BANTUAN
WAKTU PENYERAHAN BANTUAN BENCANA GEMPA BUMI KABUPATEN LOMBOK UTARA
POSE BERSAMA
WAKTU PENELITIAN HMPS PENDIDIKAN SEJARAH
KETUA DAN SEKRETARIS TIM PENELITIAN
DILOKASI PENELITIAN PANDAN DURI DAN LOANG LANDAK SUANGI LOTIM.
POSE BERSAMA DI DEPAN TROWONGAN
DILOKASI PENELITIAN PANDAN DURI DAN LOANG LANDAK SUANGI LOTIM.
Jumat, 26 Juli 2013
Jumat, 12 Juli 2013
CINTA
09.01
No comments
Sekalipun cinta telah ku uraikan dan ku jelaskan
panjang lebar…………..
Namun, jka cintaku datangi aku jadi malu pada
keteranganku sendiri.
Meskipun lidahku tlah mampu menguraikan dengan
terang…
Sementara pena begitu tergesa-gesa
menuliskannya..
Kata-kata pecah berkeping – keping begitu sampai
kepada cinta……..
Dalam menguraikan cinta,,,
Akal terbaring tak berdaya bagaikan keledai
berbaring dalam lumpur…
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan
percintaan…………..!!!
By:
Dreaming Girl
Selasa, 09 Juli 2013
Filsafat dan ilmu pengetahuan
Apakah hubungan antara filsafat
dengan ilmu pengetahuan? Oleh Louis Kattsoff dikatakan: Bahasa yang
pakai dalam filsafat dan ilmu pengetahuan dalam beberapa hal saling
melengkapi. Hanya saja bahasa yang dipakai dalam filsafat mencoba untuk
berbicara mengenai ilmu pengetahuan, dan bukanya di dalam ilmu
pengetahuan. Namun, apa yang harus dikatakan oleh seorang ilmuwan
mungkin penting pula bagi seorang filsuf. Pada bagian lain dikatakan:
Filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
pokok yang kita ajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam
kodrat haruslah mengetahui anggapan kefilsafatan mengenai alam kodrat
tersebut.
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut:
1) Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan.
2) Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.
c. Bedanya filsafat dengan ilmu-ilmu lain.
1) Filsafat menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan ilmu-ilmu lain atau ilmu vak menyelidiki hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hayat membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia; ilmu bumi membicarakan tentang kota, sungai, hasil bumi dan sebagainya.
2) Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
3) Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu vak harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu vak. Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi. Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas masing-masing. Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara ilmu-ilmu vak tersebut.
7. Rangkuman
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada metode, ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya.
Demikian filsafat mempunyai metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu, dan yang dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat disebut juga dalam definisinya, yaitu "segala sesuatu". Lapangan filsafat sangat jelas; ia meliputi segala apa yang ada. Pertanyaan-pertanyaan kita itu mengenai kesemuanya yang ada, tak ada yang dikecualikan. Hal-hal yang tidak kentara pun (seperti jiwa manusia, kebaikan, kebenaran, bahkan Tuhan sendiri pun) dipersoalkan. Lapangan yang sangat luas ini nanti kita bagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok.
Sebab-sebab yang terdalam Dengan ini ditunjuk sudut pandangan, aspek khusus, sudut khusus yang dipelajari dalam segala sesuatu itu. Sudut pandangan (juga disebut "object formal") ini yang membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang mengenai objek atau lapangan yang sama. Misalnya ilmu kedoktoran mempelajari manusia dilihat dari sudut tubuhnya yang sakit dan harusnya disembuhkan, sosiologi mempelajari manusia dalam sudut kemasyarakatan. Demikianlah filsafat mempelajari dalam segala sesuatu itu ialah keterangan yang penghabisan, yang terakhir, dan terdalam, sampai habis, sampai pada sebab yang terakhir. Yang kita cari ialah kebijaksanaan, hakikat dari seluruh kenyataan, intisari dan esensi dari semua yang ada. Kekuatan pikiran manusia sendiri Dengan ini ditunjuk alat yang kita gunakan dalam usaha kita untuk mencapai kebijaksanaan itu, yaitu pikiran kita sendiri. Ini membedakan filsafat dari teologi (ilmu ke-Allahan) yang juga mengenai segala sesuatu, tetapi yang berdasarkan wahyu Tuhan. Filsafat tidak berdasarkan wahyu Tuhan, tidak meminta pertolongan dari Kitab Suci, tetapi berdasarkan asas-asas dan dasar-dasarnya hanya dengan cara analisis-analisis oleh pikiran kita
sendiri. Justru karena itu, filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum, bagi setiap orang, terserah agama mana yang dianutnya. Akan tetapi, ini pun kelemahan filsafat: jika hanya filsafat saja yang cukup dipakai sebagai pegangan hidup, pandangan hidup, maka ini tidak cukup, sebab banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 100% memuaskan oleh filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam usahanya mencari hakikat dari seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai sumber terakhir dan sebab pertama. (Jadi, sebetulnya filsafat dan agama !! tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi).
Karena sangat luasnya lapangan yang diselidiki dan sulit serta berbelit-belitnya soal-soal yang dihadapi maka lapangan yang sangat luas ini dibagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok agar penyelidikan dapat dilakukan dengan sistemis dan baik. Pembagian ini diadakan secara induksi, yaitu dengan melihat dulu persoalan-persoalan mana yang timbul dan minta diselesaikan.
a. Tentang pengetahuan (alat untuk mencapai 'insight' itu)
1) Logika formal (logic)
Membentangkan hukum-hukum yang harus ditaati agar kita berpikir dengan lurus dan baik dan dapat mencapai kebenaran. Ini akan dipelajari lebih lanjut dalam masa akan datang.
2) Kritika atau logika material (epistemology)
Memandangkan isi pengetahuan kita, sumber-sumbernya, proses terjadinya pengetahuan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kemungkinan dan batas-batas pengetahuan kita (soal kekeliruan, kepastian, dan sebagainya).
b. Tentang pertanyaan dan sebab-sebabnya yang terdalam
3) Metafisika (ontology/metaphysics)
Mengupas apa ertinya "ada" itu, apa tujuannya, apa sebab-sebabnya, dan mencari hakikat dari semua barang yang ada (hylemorphisme)
4) Theodycea atau teologia naturalis (natural theology)
Merupakan konsekuensi terakhir dari penyelidikan filsafat, dengan menunjukkan sebab pertama dan tujuan terakhir; mencari berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri bukti-bukti tentang adanya Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubunganNya dengan dunia.
c. Tentang manusia dan dunia
5) Filsafat tentang manusia (philosophy of man)
(Juga sering disebut antropologia metafisika atau psikologia metafisika). Ini merupakan inti dan pangkalan dari seluruh filsafat: Orang mengetahui tentang "ada" itu dari adanya sendiri. Maka diselidiki apa kodrat (nature) manusia itu, bagaimana susunannya atas badan dan jiwa, bagaimana terjadinya pengetahuan, apa kehendak bebas, apa arti dan peranan keinderaan dan perasaan, apa arti kepribadian, dan sebagainya.
6) Kosmologia (philosophy of nature)
Mempersoalkan dunia material, susunannya, aturannya, mencari hakikat dari waktu dan tempat, gerakan, hidup, dan sebagainya.
d. Tentang kesusilaan
7) Etika atau filsafat moral (ethics)
Membentangkan apa yang baik, apa yang buruk, apa ukuran-ukurannya, bagaimana dan mengapa manusia terikat oleh aturan-aturan ke susilaan, bagaimana kita dipimpin oleh suara batin, bagaimana tujuan hidup dapat kita capaui, dan sebagainya.
8) Etika sosial
Merupakan bagian dari etika yang sangat penting pula, taitu yang membicarakan norma-norma hidup kemasyarakatan (keluarga, Negara internasional).
e. Lain-lain
Lapangan-lapangan yang tersebut di atas merupakan lapangan-lapangan pokok dari filsafat. Di samping. Di samping itu ada beberapa lapangan yang penting pula, yang merupakan rincian legih lanjut, penerapan asa-asas
filsafat pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain: asas-asas filsafat pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain:
" filsafat kebudayaan (kombinasi etika dan filsafat tentang manusia).
" filsafat kesenian atau estetika, praktis
" filsafat hukum
Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metode ilmu pengetahuan. Dalam hubungan ini Harold H. Titus menerangkan: Ilmu pengetahuan mengisi filsafat dengan sejumlah besar materi yang faktual dan deskriptif, yang sangat perlu dalam pembinaan suatu filsafat. Banyak ilmuwan yang juga filsuf. Para filsuf terlatih di dalam metode ilmiah, dan sering pula menuntut minat khusus dalam beberapa ilmu sebagai berikut:
1) Historis, mula-mula filsafat identik dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana juga filsuf identik dengan ilmuwan.
2) Objek material ilmu adalah alam dan manusia. Sedangkan objek material filsafat adalah alam, manusia dan ketuhanan.
c. Bedanya filsafat dengan ilmu-ilmu lain.
1) Filsafat menyelidiki, membahas, serta memikirkan seluruh alam kenyataan, dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain. Jadi ia memandang satu kesatuan yang belum dipecah-pecah serta pembahasanya secara kesuluruhan. Sedangkan ilmu-ilmu lain atau ilmu vak menyelidiki hanya sebagian saja dari alam maujud ini, misalnya ilmu hayat membicarakan tentang hewan, tumbuh-tumbuhan dan manusia; ilmu bumi membicarakan tentang kota, sungai, hasil bumi dan sebagainya.
2) Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab-akibat, tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus. Sedangkan ilmu vak membahas tentang sebab dan akibat suatu peristiwa.
3) Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya, dan hendak ke mana perginya. Sedangkan ilmu vak harus menjawab pertanyaan bagaimana dan apa sebabnya. Sebagian orang menganggap bahwa filsafat merupakan ibu dari ilmu-ilmu vak. Alasannya ialah bahwa ilmu vak sering menghadapi kesulitan dalam menentukan batas-batas lingkungannya masing-masing. Misalnya batas antara ilmu alam dengan ilmu hayat, antara sosiologi dengan antropologi. Ilmu-ilmu itu dengan sendirinya sukar menentukan batas-batas masing-masing. Suatu instansi yang lebih tinggi, yaitu ilmu filsafat, itulah yang mengatur dan menyelesaikan hubungan dan perbedaan batas-batas antara ilmu-ilmu vak tersebut.
7. Rangkuman
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu, dengan mencari sebab-sebab terdalam, berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada metode, ada sistem, ada satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya.
Demikian filsafat mempunyai metode dan sistem sendiri dalam usahanya untuk mencari hakikat dari segala sesuatu, dan yang dicari ialah sebab-sebab yang terdalam. Ilmu-ilmu pengetahuan dirinci menurut lapangan atau objek dan sudut pandangan. Objek dan sudut pandangan filsafat disebut juga dalam definisinya, yaitu "segala sesuatu". Lapangan filsafat sangat jelas; ia meliputi segala apa yang ada. Pertanyaan-pertanyaan kita itu mengenai kesemuanya yang ada, tak ada yang dikecualikan. Hal-hal yang tidak kentara pun (seperti jiwa manusia, kebaikan, kebenaran, bahkan Tuhan sendiri pun) dipersoalkan. Lapangan yang sangat luas ini nanti kita bagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok.
Sebab-sebab yang terdalam Dengan ini ditunjuk sudut pandangan, aspek khusus, sudut khusus yang dipelajari dalam segala sesuatu itu. Sudut pandangan (juga disebut "object formal") ini yang membedakan berbagai ilmu pengetahuan yang mengenai objek atau lapangan yang sama. Misalnya ilmu kedoktoran mempelajari manusia dilihat dari sudut tubuhnya yang sakit dan harusnya disembuhkan, sosiologi mempelajari manusia dalam sudut kemasyarakatan. Demikianlah filsafat mempelajari dalam segala sesuatu itu ialah keterangan yang penghabisan, yang terakhir, dan terdalam, sampai habis, sampai pada sebab yang terakhir. Yang kita cari ialah kebijaksanaan, hakikat dari seluruh kenyataan, intisari dan esensi dari semua yang ada. Kekuatan pikiran manusia sendiri Dengan ini ditunjuk alat yang kita gunakan dalam usaha kita untuk mencapai kebijaksanaan itu, yaitu pikiran kita sendiri. Ini membedakan filsafat dari teologi (ilmu ke-Allahan) yang juga mengenai segala sesuatu, tetapi yang berdasarkan wahyu Tuhan. Filsafat tidak berdasarkan wahyu Tuhan, tidak meminta pertolongan dari Kitab Suci, tetapi berdasarkan asas-asas dan dasar-dasarnya hanya dengan cara analisis-analisis oleh pikiran kita
sendiri. Justru karena itu, filsafat dapat merumuskan hukum-hukum yang berlaku umum, bagi setiap orang, terserah agama mana yang dianutnya. Akan tetapi, ini pun kelemahan filsafat: jika hanya filsafat saja yang cukup dipakai sebagai pegangan hidup, pandangan hidup, maka ini tidak cukup, sebab banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan 100% memuaskan oleh filsafat, sedangkan filsafat sendiri dalam usahanya mencari hakikat dari seluruh kenyataan menunjuk kepada Tuhan sebagai sumber terakhir dan sebab pertama. (Jadi, sebetulnya filsafat dan agama !! tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi).
Karena sangat luasnya lapangan yang diselidiki dan sulit serta berbelit-belitnya soal-soal yang dihadapi maka lapangan yang sangat luas ini dibagi-bagi ke dalam beberapa lapangan pokok agar penyelidikan dapat dilakukan dengan sistemis dan baik. Pembagian ini diadakan secara induksi, yaitu dengan melihat dulu persoalan-persoalan mana yang timbul dan minta diselesaikan.
a. Tentang pengetahuan (alat untuk mencapai 'insight' itu)
1) Logika formal (logic)
Membentangkan hukum-hukum yang harus ditaati agar kita berpikir dengan lurus dan baik dan dapat mencapai kebenaran. Ini akan dipelajari lebih lanjut dalam masa akan datang.
2) Kritika atau logika material (epistemology)
Memandangkan isi pengetahuan kita, sumber-sumbernya, proses terjadinya pengetahuan, dan memberikan pertanggungjawaban tentang kemungkinan dan batas-batas pengetahuan kita (soal kekeliruan, kepastian, dan sebagainya).
b. Tentang pertanyaan dan sebab-sebabnya yang terdalam
3) Metafisika (ontology/metaphysics)
Mengupas apa ertinya "ada" itu, apa tujuannya, apa sebab-sebabnya, dan mencari hakikat dari semua barang yang ada (hylemorphisme)
4) Theodycea atau teologia naturalis (natural theology)
Merupakan konsekuensi terakhir dari penyelidikan filsafat, dengan menunjukkan sebab pertama dan tujuan terakhir; mencari berdasarkan kekuatan pikiran manusia sendiri bukti-bukti tentang adanya Tuhan, sifat-sifat-Nya, dan hubunganNya dengan dunia.
c. Tentang manusia dan dunia
5) Filsafat tentang manusia (philosophy of man)
(Juga sering disebut antropologia metafisika atau psikologia metafisika). Ini merupakan inti dan pangkalan dari seluruh filsafat: Orang mengetahui tentang "ada" itu dari adanya sendiri. Maka diselidiki apa kodrat (nature) manusia itu, bagaimana susunannya atas badan dan jiwa, bagaimana terjadinya pengetahuan, apa kehendak bebas, apa arti dan peranan keinderaan dan perasaan, apa arti kepribadian, dan sebagainya.
6) Kosmologia (philosophy of nature)
Mempersoalkan dunia material, susunannya, aturannya, mencari hakikat dari waktu dan tempat, gerakan, hidup, dan sebagainya.
d. Tentang kesusilaan
7) Etika atau filsafat moral (ethics)
Membentangkan apa yang baik, apa yang buruk, apa ukuran-ukurannya, bagaimana dan mengapa manusia terikat oleh aturan-aturan ke susilaan, bagaimana kita dipimpin oleh suara batin, bagaimana tujuan hidup dapat kita capaui, dan sebagainya.
8) Etika sosial
Merupakan bagian dari etika yang sangat penting pula, taitu yang membicarakan norma-norma hidup kemasyarakatan (keluarga, Negara internasional).
e. Lain-lain
Lapangan-lapangan yang tersebut di atas merupakan lapangan-lapangan pokok dari filsafat. Di samping. Di samping itu ada beberapa lapangan yang penting pula, yang merupakan rincian legih lanjut, penerapan asa-asas
filsafat pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain: asas-asas filsafat pada lapangan-lapangan hidup tertentu. Antara lain:
" filsafat kebudayaan (kombinasi etika dan filsafat tentang manusia).
" filsafat kesenian atau estetika, praktis
" filsafat hukum
JENIS-JENIS SEJARAH
Berbagai peristiwa sejarah yang terjadi dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis.
Berdasarkan wilayah pembahasannya (secara umum) digongkan menjadi 3 yaitu :
A. Sejarah Lokal
Merupakan sejarah yang mengungkap peristiwa yang terjadi di suatu daerah/ lokal tertentu dan dampaknya tidak menyebar ke daerah lain.
Sejarah lokal meliputi berbagai peristiwa dengan berbagai aspek baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dsb yang berkembang di masyarakat dalam suatu wilayah tertentu.
Contoh :
Ø Peran Rakyat Sleman dalam upaya mempertahankan kota Yogyakarta dari serangan Belanda tahun 1948.
Ø Upacara Tabut di Bengkulu.
Ø Kehidupan masyarakat petani tembakau di Temanggung.
Ø Pemberontakan Petani di Banten 1988.
Berdasarkan wilayah pembahasannya (secara umum) digongkan menjadi 3 yaitu :
A. Sejarah Lokal
Merupakan sejarah yang mengungkap peristiwa yang terjadi di suatu daerah/ lokal tertentu dan dampaknya tidak menyebar ke daerah lain.
Sejarah lokal meliputi berbagai peristiwa dengan berbagai aspek baik politik, ekonomi, sosial, budaya, dsb yang berkembang di masyarakat dalam suatu wilayah tertentu.
Contoh :
Ø Peran Rakyat Sleman dalam upaya mempertahankan kota Yogyakarta dari serangan Belanda tahun 1948.
Ø Upacara Tabut di Bengkulu.
Ø Kehidupan masyarakat petani tembakau di Temanggung.
Ø Pemberontakan Petani di Banten 1988.
Langganan:
Postingan (Atom)